Friday, September 9, 2011

Ingin Sukses...? Perbanyaklah Kegagalan...!

Ingin Sukses…? Perbanyaklah Kegagalan…!

REP | 31 July 2011 | 18:53 326 6 1 dari 1 Kompasianer menilai aktual
1312113131268929731
Pada saat SMA, sambil sekolah saya “nyantri” di Pesantren Keresek, tepatnya di Cibatu Garut. Tiga tahun saya sekolah sambil “masantren”, tahun 1995 saya lulus SMA, lalu mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), maunya masuk ITB jurusan perminyakan, namun ternyata gagal. Akhirnya nerusin nyantri lagi. Tahun berikutnya saya ikut lagi UMPTN, kali ini targetnya mau masuk ke Universitas Padjajaran, apa dikata bolay juga Gan….,
Nambah bonus harus mesantren lagi, karena malu di Pesantren Keresek terlalu lama, saya ikut “pasaran” ke Pesantren Miftahul huda Utsmaniyah Ciamis, lumayan tambah ilmu dan wawasan di Fakultas Castrologi. Tahun berikutnya lagi saya ikut UMPTN lagi, kali ini mendaftar ke Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung, Alhamduillah, baru UMPTN yang ketiga inilah saya lulus. Saya sangat bersyukur bisa diterima di IKIP Bandung (sekarang Universitas Pendidikan Indonesia atau UPI).  Namun, untuk membiayai kuliah saya akhirnya mencari kerja sana sini, akhirnya diterima oleh PT Astra Internasional Tbk-Nisan Diesel, sebagai sales. Karena tak punya motor, ngampas pake angkot turun naik, semangat menggebu…tanpa fasilitas akhirnya layu, saya tak mencapai target penjualan, akhirnya diminta mengundurkan diri dari Astra (maksudnya dipecat Coy…).
Setelah cari sana sini, akhirnya diterima bekerja di PT Turbo Motor Indonesia Tbk, nyales sepeda motor China…., Setelah tahu ilmunya saya mendirikan Sub Dealer sendiri di Garut. Tahun pertama sukses, tiap bulan penjualan motor mengalir deras, apalagi saat itu sedang gecar-gencarnya uang muka ringan, bikin ketar ketir Dealer Motor Jepang, Namun…karena after sales servicenya nggak ada, ditambah dengan berbagai kendala usaha lainnya, akhirnya bangkrut Den…., Pas masa bangkrut itulah saya menikah…..hebat kan…!
Karena usaha bangkrut, saya memaksakan diri kuliah lagi, untuk membiayai keluarga dan kuliah, saya  jadi kernet angkot Samarang-Garut. Dengan segala duka citanya akhirnya studi selesai…dihitung-hitung, sejak saya masuk IKIP Bandung tahun 1997 sampai selesai kuliah di Universitas Garut diselesaikan dalam waktu 10 tahun. Sama dengan Akbar Tanjung, akan tetapi kalau Akbar Tanjung langsug jadi menteri, saya malah jadi mantri..he..he..,
Horee.. jadi juga sarjana, makanya tau usah heran kalo gelar saya bawa-bawa, Alimudin S.Pd.I, sebab untuk mendapatkan gelar tersebut, sekali lagi, saya butuh waktu 10 tahun lebih…..,
Asal tahu saja, saya pernah diramalkan bahwa saya merupakan “orang sial”, tak akan sukses dalam bisnis, namun sampai saat ini saya tetap berbisnis, bisnis apa saja, tak peduli ramalan orang. “Jangan serahkan masa depanmu pada ramalan siapapun….!”
Dari pengalaman tersebut, saya belajar banyak, dalam hidup perbanyaklah kegagalan, beranilah untuk gagal, sebab setiap orang sukses pasti pernah gagal.
So, ternyata ada hikmahnya kebangkrutan usaha saya, karena itu yang menyebabkan saya jadi sarjana. Malah sekarang sedang S2, dapat beasiswa lagi, malah oleh Bu Hj. Hilda saya diminta untuk menjadi dosen di Fakultas Agama Islam Uiversitas Garut, oleh Bu Hj Momon Gandasasmita (istri mantan Bupati Garut) saya diminta menjadi dosen di Sekolah Tinggi Hukum Garut, Oleh Anda tulisan ini dibaca, ini merupakan kesuksesan yang tak terkira, buah dari kegagalan, Alhamdulillah terima kasih Tuhan atas kegagalan yang Kau berikan…
Sahabat, Kita selalu melihat orang lain dengan cerita kesuksesannya. Sebab, di setiap riwayat hidup, orang lebih senang menampilkan keberhasilannya. Misalnya, Presiden SBY sukses jadi presiden setelah sebelumnya jadi anu…jadi anu…, Namun dimana cerita kegagalan Beliau ? Bapak anu sukses jadi menteri setelah sebelumnya memegang berbagai jabatan sukses disini dan disini…..
Melihat pengusaha kita terkagum-kagum karena banyak uangnya, relasinya disana sini, perusahaan dimana-mana, istrinya cantik, rumahnya mewah, investasi di berbagai bidang usaha.
Namun, pernahkah kita menanyakan berapa kali pengusaha tersebut bangkrut ? berapa kali ia terpuruk ? Bagaimana ia bisa bangkit dari keterpurukannya ? Apa yang membuat ia gigih dengan usahanya. Apa motivasi besar dalam hidupnya ?
Secara kasat mata untuk menjadi kaya (misalnya, sebagai salahsatu parameter kesuksesan), ada tiga cara :
1. Lahir dari keluarga kaya, persoalannya, kita tak bisa meminta sebelum lahir untuk dikaplingkan menjadi anak dari orangtua konglomerat.
2. Menikah dengan orang Kaya (Janda kaya misalnya ye…), Namun biasanya orang kaya nyarinya yang kaya juga kan, kecuali kita punya modal tampang keren…..kayak artis.
3. Usaha kita sendiri untuk jadi Kaya, Cara ketiga inilah yang aling mungkin bagi kita, kecuali Anda di posisi no 1 dan 2 (itu sih…ketiban rezeki min haetsu la yahtasib)
Cara ke-3 bisa oleh siapa saja…nggak peduli Kita lahir dimana, anak siapa. Nggak peduli pedidikan kita tinggi atau nggak…, tapi semua ada ada bayarannya…bukankah hidup adalah sebuah petualangan…? Seperti iklan rokok “life is adventure” (bener nggak bahasa inggrisnya) menyebabkan kita berani menghadapi apapun yang terjadi dalam kehidupan, termasuk kegagalan.
“Jika ingin sukses..perbanyaklah program kegagalan…semakin banyak gagal..semakin banyak sukses
Cerita menyakitkan masa lalu ternyata menjadi kenangan indah saat ini dan yang akan datang. Asal jangan terus terpuruk dan meratapi kegagalan, bangkitlah..!, berdirilah…! dan bangun kesuksesan dengan percaya diri. Walaupun harus “jatuh bangun aku mengejarmu” seperti kata Om Meggy dan Tante Kristina…..
SELAMAT BERGAGAL RIA….!
Alimudin S.Pd.I

Tolak Reaktivasi, Masyarakat siap "Jumroh" ke Gedung Sate

Forum Paguyuban Tanah Rel (FPTR) Garut yang terdiri dari para RW dan Tokoh menyelenggarakan Musyawarah dan penyikapan terhadap Rencana Reakt...