Friday, August 26, 2011

Berbuatlah Sesuatu Agar Orang Memuji, Mengkritik Atau Mencacimu

Ketika saya masih kuliah di UPI (Universitas Pendidikan Indonesia), dulu IKIP Bandung, saya mempunyai teman dekat, yang saya harap menjadi kekasih hati, karena dia cantik, teman satu pesantren dulu di Pesantren Keresek, saya sering berkunjung ke tempat kuliahnya di Universitas Siliwangi Tasikmalaya, saking sudah dekatnya saya yakin dia mau menerima saya jadi kekasih. Namun fakta bicara lain, ketika dia saya ajak menikah, dia tidak mau Den, entah dengan alasan apa, intinya tak serius barangkali, karena dia terlalu cantik untuk saya, atau saya kurang ganteng untuk dia, sama saja he…he…. akhirnya saya cari di kampus sendiri, untuk jadi teman hidup, namun dari sekitar sepuluh orang yang saya kejar, tak satupun yang mau menerima saya. Apa hendak dikata, bertepuk sebelah tangan…wah gawat ini…..

Namun saya ini marketing, masa dari seratus orang  customer yang didatangi tak satupun yang nyantol, teori peluang mengatakan nggak mungkin, pasti 20 % ada yang tertarik dan mungkin 10 persen ada yang nyangkut, maka tanpa mengenal lelah saya mencari cinta, tebar pesona kesana sini. Akhirnya dengan gaya tembak di tempat, saya mendapatkan juga yang mau (atau terpaksa mau), yah istri saya inilah pada akhirnya, dia cantik dan smart, wah Ya Allah terima kasih …Engkau memberikan yang terbaik…..di awal perkawinan kami memang ada perbedaan latar belakang, namun Alhamdulillah semakin kesini, semakin saling mengerti dan bebagi….duh ni’matnya…..dan sekarang sudah tujuh tahun kami sukses mengarungi bahtera rumah tangga………….., Istri yang lulusan SMA saya kuliahkan tanpa takut biaya darimana, alhamdulillah sekarang lagi PPL, tahun depan kelar, sehingga level cara berpikir kita menjadi sama…..

                                                                                    Istri dan Putriku, cantik khan…?1314339226452481064
Walau memang pada saat mau menikah saya juga sempat ragu, karena usaha bangkrut, tak punya uang, namun keluarga dan saudara mendorong, gotong royong sumbangan dari sana sini, buat bawaan pas nikah, jas pinjem dari Apa (orang tua), mobil dari kakak, Kartu undangan ngebon dulu dari sahabat pengusaha T Muhtar Salim (akhirnya diikhlaskan, karena kesal tak dibayar-bayar), cenderamata kebaikan teman seperjuangan Yayat S Hidayat dan Istrinya (Ineu), yang dengan mendadak beli di Pasarbaru Bandung, perias pengantin dengan sangat malu mengandalkan Teh Iis (Istri Kang Asep ZM) dan Teh Mimin yang merias barang bawaan, untuk uang mas kawin saya bingung lagi, alhamdulillah, dengan bantuan Kang Hendi Sutresna, saya mendapatkan bantuan dari Pak DadaRosada (sekarang Walikota Bandung, terima kasih Pak Wali). Jadi juga nikah….
Ketika saya membuat perusahaan kecil-kecilan, semua orang berkata, darimana modalnya, usaha begituan butuh modal besar, namun akhirnya saya membuka usaha juga, dan alhamdulillah sukses dalam dua tahun, menginjak tahun ketiga usaha saya mulai bangkrut, namun, saya mempunyai pengalaman usaha.
Saat saya bangkrut usaha, saya lalu mencoba kuliah lagi, istri saya mengatakan darimana buat bayar kuliahnya ? namun saya tetap nekad, sambil kuliah saya menjadi kernet angkot, sering ketika akan ujian saya belum bisa bayar, saya mendatangi bendahara dan meminta waktu agar saya bisa membayar, namun ujian tetap bisa dilaksanakan, alahamdulillah saya dapat kartu ujian dan selesai juga kuliah, jadi sarjana.
Dikala saya mengutarakan ingin menjadi dosen, istri saya tertawa…mimpi….katanya, saya lalu melamar ke berbagai perguruan tinggi di Bandung, nginep dirumah sahabat  (Aceng Roni Sya’ban, sekarang anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, terima kasih atas tumpangannya setiap kali saya nginep di Bandung, juga pada istri beliau Euis Siti Widuriani, terima kasih untuk numpang makannya), do’a saya dikabul Tuhan, Bu Hj. Hilda memanggil saya dan awalnya saya dijadikan asistennya, lalu akhirnya saya dijadikan dosen tetap dan sekarang menjabat sekretaris Program studi PAI di Universitas Garut. Melalui keponakan saya Agus Hidayat, Bu Hj. Momom (Istri mantan Bupati Garut, Momon Gandasasmita) meminta saya menjadi dosen di Sekolah Tinggi Hukum Garut, alhamdulillah sampai sekarang sudah 3 tahun saya ikut ngajar di STH.

Pada waktu saya mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Kabupaten Garut, orang-orang tak mendukung, apalagi saya mencalonkan dari Partai Kecil (atau gurem disebutnya), saya tak punya uang, belum ada basis masa kuat, apalagi memang kultur masyarakat yang selalu memilih calon yang sudah jelas segalanya (maksudnya jelas ngasih uang nya), saya nekad tak bagi-bagi uang (uang darimana?), saya tahu tak akan terpilih, namun sebagai bagian dari ikhtiar, saya tetap mencalonkan diri, memang saya terlalu idealis (padahal idealis itu dekat-dekat idiot lho), ingin berkiprah memajukan daerah saya, berharap jadi anggota DPRD dengan modal tawadu (tara mawa duit) dan tawakkal (tara mawa bekel) memang ironis. Akhirrnya memang yang memilih
saya cuma sekitar 300 orang, dari target yang jadi harus dapat sekitar 7000 orang pemilih. Yang menyakitkan, bahkan dikampung saya sendiri pun yang menang calon dari daerah lain karena punya banyak uang, karena sebelumnya dia sudah jadi anggota dewan. Namun saya bersyukur, barangkali saya perlu mempersiapkan diri lebih baik lagi kalau ingin menjadi pemimpin. Partainya juga harus partai yang besar, memang saya tak terlau serius waktu itu. Alhamdulillah tak jadi…..Tuhan masih sayang….karena saya belum siap kayaknya…!, ma’lum, saat ini saya sedang bersiap-siap menjadi Bupati Garut he…he…(istri saya tersenyum lagi nih…)
1314337755221029874
                                                   Spanduk Prof. DR. Alimudin, S.Pd.I, MA.
                                        ketika menjadi calon anggota DPRD Kabupaten Garut
                                                             sebelum menjadi presiden

Bertahun tahun jadi kontraktor (rumah tiap tahun ngontrak terus…) pindah sana pindah sini, saya berdo’a sama Tuhan agar mendapatkan rumah, Ketika saya dapat beasiswa, sisanya saya belikan rumah, istri dan anak saya protes, karena rumah saya panggung, di kanan kiri ada kandang domba, sehingga rumah bau domba, tanahnya juga tanah Perum Kereta Api, tanah Hak Guna pakai, sewaktu waktu bisa diambl lagi, pas di belakang rumah, ada irigasi dan selokan, sehingga kalau malam, suaranya mengganggu tidur. Namun karena saya hanya punya uang sedikit, saya nekad membeli rumah tersebut, di tempat lain mana ada rumah yang hanya dua puluh juta. Istri saya demo tiga hari nggak ngomong-ngomong, dia nggak bisa tidur, anak saya menangis protes, namun saya tak bergeming sedikitpun, sambil berdo’a pada Tuhan agar anak dan istri menerima keadaan ini. Alhamdulillah dua minggu sejak dibeli, perubahan terjadi, saya beli banyak pewangi, agar rumah menjadi harum, domba di pinggir rumah dijual semuanya oleh pemiliknya, karena mau dijadikan rumah juga. Satu bulan dari sana istri malah betah di rumah, saya dan istri menata halaman depan rumah yang sedikit menjadi taman, kekhawatiran tentang tanah perumka tak ada lagi, karena istri sudah mengerti kalau suatu saat kami akan beli rumah lagi, yang lebih baik, dan rumah tersebut bisa dikontrakkan kepada orang lain. Saya berjanji dengan (sekali lagi) saya mengandalkan Tuhan, Insya Allah saya punya rumah lagi, yang lebih baik dari sekarang. Saya percaya dengan apa yang diungkapkan oleh film The Secret, bahwa alam ini sebenarnya merespon keinginan kita, sebagai penganut agama tentu saya percaya alam merespon dengan Izin Tuhan.
Saat saya membuat kolam-kolaman dengan kreasi sendiri, istri tak setuju, buat apa kolam-kolaman, mendingan bunga aja udah cukup, namun saya tetap melanjutkan karena di pikiran banyak ide mengalir tak terbendung, akhirnya kolam-kolaman jadi saya tanam ikan mas merah, komet, nila merah saya tanam, saya hiasi dengan air mancur melalui sirkulasi dari kolam sendiri. Sekarang, malah istri yang menyirami tanaman, anak saya dengan senang hati setiap hari mengasih makan ikan-ikan dan burung yang saya taruh di atas kolam.
Sambil bekerja di FAI Univesitas Garut, sekarang, saya juga sedang merintis lagi satu usaha namanya GARBIZ, keren kan…! sepeertinya bahasa apa tuh Garbiz ? Sssst… jangan ribut itu usaha kecil saya yang insya Allah akan menjadi besar, GarBiz itu singatan dari Garut Bisnis, doakan ya semoga berhasil…saya tak kapok-kapok nih berusaha….kalau ada yang mau kerjasama boleh dong….!, makanya nama saya Alimudin Garbiz, jadi keren nama saya.
Belajar dari Orang-orag Sukses, mereka tak mau mundur dengan segala visinya, walau halangan dan rintangan menghadang. mereka cuma berbuat. Ada yang memuji, ada yang mengkritik dan bahkan mencaci, namun mereka jalan terus. Kita menganggap bodoh ide Marzuki Ali yang ingin membubarkan KPK, atau pernyataannya agar kampanye politik dibiayai oleh rakyat, memang nyeleneh, namun, bukankah saat ini pula kampanye politik dibiayai dari uang rakyat juga, hasil korupsi ? terlepas dari itu beliau tetaplah hebat sebagai ketua DPR saat ini, Sekenceng, kencengnya orang mencaci SBY, beliau tetaplah manusia hebat, karena sudah menjadi presiden, Orde Baru dicaci karena berkuasa selama lebih dari 30 tahun, Pak Harto tetaplah orang hebat, karena dia sudah tercatat dalam sejarah panjang Indonesia, begitu pula dengan Gus Dur, Habibi dan Pak Karno, mereka orang-orang hebat yang telah banyak berbuat, terlepas dari berbagai kekurangan yang dimiliki. Kita mencaci mereka, lalu persoalannya, sudah jadi apa kita sekarang…?
Jadi apapun yang kita lakukan, selalu ada resiko yang kita ambil, namun jangan takut, berbuatlah,jika kita saat ini menjadi pengangguran, berbuatlah apapun, bantu orang lain, keluarlah dari rumah, berkelilinglah walau dalam keadaan bingung, dalam satu bulan atau bahkan kurang, saya jamin Anda akan dapat kerjaan asal ada kemauan.
Begitupun dalam menulis, tak usah takut macam-macam, menulis sajalah, karena yang pantas ditakuti adalah rasa takut itu sendiri. Dipuji, dikritik atau bahkan dicaci adalah bagian dari kehidupan yang haus kita jalani. Saya bercita-cita menjadi penulis yang banyak membuat tulisan, blog, artikel, membuat banyak buku, makanya tips dari teman-teman saya lahap semua, saya menulis apapun yang saya mau, seperti saran teman-teman kepada kami semua, saya ingin menjadi penulis hebat seperti yang banyak bertebaran di kompasiana ini. doakan saya ya….dan saya yakin apalagi Anda semua pasti sudah hebat-hebat…..
Dan sekarang, saya membuat tulisan ini, terima kasih jika Anda mau memuji, mengkritik dan bahkan mencaci saya, saya ucapkan terima kasih…
Salam Sukses
Alimudin Garbiz



Tulisan ini dimuat di Kompasiana, bahkan masuk Headline :
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/08/26/berbuatlah-sesuatu-agar-orang-memuji-mengkritik-atau-mencacimu/

Tolak Reaktivasi, Masyarakat siap "Jumroh" ke Gedung Sate

Forum Paguyuban Tanah Rel (FPTR) Garut yang terdiri dari para RW dan Tokoh menyelenggarakan Musyawarah dan penyikapan terhadap Rencana Reakt...